
Jepang dengan sejuta pesonanya, tidak hanya dari segi perekonomian maju atau teknologi canggihnya saja. Namun karena Jepang tetap menjunjung tradisi dan budaya luhur dalam keseharian.
Di balik semua itu, di lorong-lorong perkotaan maupun pedesaan Jepang, industri fesyen pun menggurita. Mode semakin kokoh dalam sektor industri kreatif selain anime dan manga.
Di dunia mode, siapa yang tidak mengenal Harajuku sebagai area termodis di Tokyo dengan daya kreasi style tanpa batas. Ada gaya gyaru dengan beragam subgaya, Lolita, ala maid alias pelayan, dan seterusnya.
Ekspresi diri dan kreativitas bebas yang menjadi ide pokoknya, sehingga tidak perlu rumus rumit untuk bergaya cantik ala Harajuku.
Jangan malu-malu. Gagasan dasar bergaya Harajuku adalah sebebas mungkin mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri, sehingga tidak perlu merasa minder. Justru berdandan ala Harajuku Beauty dapat menjadi peluang untuk unjuk diri, menjadi diri sendiri serta lepas, tidak mengekang diri untuk bergaya.
Seperti halnya gaya ganguro, setelah menggelapkan kulit, mereka mengenakan kostum dan atribut berwarna merah muda dan kuning ataupun warna pastel lain, namun merah jambu selalu menjadi atraksi utama.
Unik. Ide dasar lain dari konsep Harajuku, jelas untuk menjadi unik, tidak seragam dengan yang lain.
Menjadi berbeda bukan suatu dosa. Tidak mengikuti tren di mana semua orang sedunia berusaha keras mematuhi aturan fesyen yang saat itu berlaku merupakan hakikat dari Harajuku Beauty. Tengoklah para pemudi yang bergaya garyu, sama aliran, namun tetap berusaha menonjolkan diri dan menolak untuk menyamakan ornamen atau kostum yang dikenakan dengan kawan-kawannya.
“Senyeleneh” mungkin. Kaki kiri mengenakan selop dengan kaus kaki berenda berwarna merah jambu, sementara kaki kanan memakai sepatu sneaker dengan kaus kaki bola berwarna oranye.
Sekreatif mungkin. Berkreasi dengan rambut, misalnya di sisi kiri, rambut dikepang kecil-kecil, sementara sisi kanan, rambut diangkat ke atas. Bisa juga dengan mengecat rambut berwarna-warni atau mengenakan tambahan rambut berlainan warna.
Langit bukan batasan untuk Harajuku Beauty. Make up alias riasan bukan sekadar untuk dibubuhkan di wajah dan leher, namun juga ke sekujur tubuh. Contohlah garyu yang merias kulit dengan warna gelap sebagai bentuk pemberontakan terhadap dogma tradisional bahwa wanita cantik adalah yang berkulit putih bersih.
Selain mewarnai kulit segelap mungkin, manba—sub dari garyu—juga berani dalam hal rias wajah.
Setelah mewarnai kulit wajah dengan dasar gelap, mereka memoleskan pemulas bibir berwarna merah muda (ataupun putih), lantas mengoleskan warna perak (atau warna pastel dengan pulasan berkilat) ke kelopak mata serta ke bagian bawah mata hingga ke pipi.
Tumpang tindih dan tabrak lari. Sedang kehabisan ide? Kenakan saja semua pakaian yang ada di lemari. Setelah kemeja kotak-kotak hijau, tumpuk dengan baju hangat berpola garis merah, lantas timpa dengan rompi atau blazer ungu polkadot. (Prp/Terbeken)