Tidak Semua Mamalia Berdarah Panas

Kita semua diajarkan bahwa semua mamalia adalah hewan berdarah panas. Padahal faktanya, ada beberapa pengecualian.

Ketika BBC Earth bertanya kepada netizen di Facebook tentang apakah ada mamalia berdarah dingin, kami mendapat banyak sekali reaksi yang keras.


"Ini pertanyaan bodoh," tulis Clay Walker. "Defenisi dari mamalia sendiri menyangkut bahwa hewan itu berdarah panas."

Mark Josefsberg berkomentar serupa. "Pertanyaan ini sangat memalukan."

Kami sebenarnya tidak berniat untuk membuat orang-orang kesal! Kami hanya berandai-andai, karena alam kerap menyimpan sesuatu yang tidak terduga. Dan ternyata memang demikian.

Mamalia adalah hewan yang (mayoritas) tubuhnya ditutupi bulu dan menyusui anaknya. Ini termasuk platipus-yang serupa bebek, tikus, gajah, manusia dan lain sebagainya.

Memang benar bahwa seluruh mamalia dapat menciptakan panas dari dalam tubuhnya, sebuah kemampuan yang dikenal sebagai endotermi. Ini artinya, hampir seluruh spesies-spesies mamalia, memang berdarah panas. Mereka mempertahankan suhu tubuh yang hangat dan konstan, sehingga organ tetap dapat berfungsi dalam berbagai kondisi.

Karena itulah mengapa buku pelajaran anak-anak selalu menyebut mamalia sebagai hewan berdarah panas. Ini untuk membedakannya dari hewan berdarah dingin yang suhu tubuhnya bergantung pada lingkungan.
Namun, masalahnya adalah dalam biologi aturan bisa saja berubah.

Ternyata cukup banyak mamalia yang lebih 'luwes' dalam mengatur suhu tubuhnya. Bagi hewan yang kita sebut heterotermik ini, terminologi darah panas tidak lagi tepat untuk mendefenisikan mereka.

Yang jelas, mereka bukan pula hewan berdarah dingin seperti ikan, amfibi atau reptil. Namun begitu, mereka mampu 'mendinginkan' tubuhnya.

"Semakin kami teliti, semakin banyak spesies yang kami ditemukan seperti itu," kata Justin Boyles, ekolog fisiologi dari Universitas Southern Illinois.

Salah satu contohnya adalah tupai tanah artika.

Dalam makalah klasik yang menjadi cerita utama majalah Science pada 1989, fisiolog Brian Barnes dari Universitas Alaska memperlajari tupai ini saat masa hibernasi. Ia menemukan bahwa tupai tersebut menurunkan suhu tubuhnya hingga di bawah nol derajat Celcius. Bahkan hingga -2,9C.

Dan banyak lagi mamalia yang mampu menurunkan suhu tubuhnya.

Pada dasarnya, suhu tubuh bayi mamalia yang baru lahir sebenarnya secara keseluruhan bergantung pada lingkungan. Kemampuan untuk menciptakan panas tubuh, berkembang kemudian.

Hal sama juga terjadi saat mamalia tidur. Suhu tubuh mamalia biasanya turun satu hingga dua derajat.

Mamalia kecil, seperti tikus, kelelawar, bahkan beberapa primata, memiliki kemampuan untuk menurunkan suhu tubuh. Mereka bisa berada dalam mode hemat-energi.

Misalnya kelelawar blossom, yang dapat menurunkan suhu badannya dari 36C pada malam hari, menjadi 20C pada siang hari. Hal sama terjadi pada oposum Brazil yang bisa mempertahankan suhu tubuh rendah 16C selama berjam-jam.

Contoh yang lebih ekstrim yaitu lemur tikus-pigmi Madagaskar, yang 10 jam setiap harinya menghabiskan waktu dengan suhu tubuh yang rendah sampai di bawah 7C.

Bahkan beberapa mamalia bisa hidup dalam kondisi suhu tubuh rendah ini dalam jangka panjang. Kita menyebutnya sebagai hibernasi - jika terjadi di musim dingin, atau aestivasi pada musim panas. Saat-saat itu darah mereka mendingin, ungkap George Uren, Mary Wyman dan Indrani Ghosh.

Terakhir, Jennifer Jones memberi contoh mamalia berdarah dingin yaitu spesies kambing yang telah punah bernama Myotragus balearicus. Kambing ini diklaim ektotermik: atau suhu tubuhnya benar-benar tergantung pada panas di sekitarnya.

Bukti dari pernyataan itu disimpulkan secara tidak langsung. "Tulang-tulang hewan ini mengindikasikan bahwa Myotragus, tidak seperti mamalia lain, lebih mirip buaya," tulis peneliti pada 2009. Kambing ini kemungkinan adalah hewan ektotermi.

M. balearicus hidup hingga 3.000 tahun lalu di Kepulauan Balearic, di mana ketersediaan makanan sangat sedikit. Kondisi alam yang kurang bersahabat ini membuat kambing-kambing berevolusi agar mereka tetap bertahan hidup.

Ide ini amat menarik. Namun, kami tidak menemukan lagi adanya orang yang melanjutkan penelitian tahun 2009 itu, sehingga tidak diketahui pasti apakah M. balearicus benar-benar ektotermik.

Namun, seluruh contoh itu memperlihatkan satu fakta sederhana bahwa mempertahankan suhu tubuh tetap hangat dan stabil, adalah hal yang tidak gampang. Mengejutkan bahwa ternyata cukup sedikit mamalia yang berdarah dingin.

Spesies hampir selalu kehilangan kemampuannya jika kemampuan itu tidak lagi berguna. Contohnya, hewan yang tinggal di gua yang gelap, cenderung kehilangan kemampuan melihat mereka. Atau hewan yang sudah tinggal di suhu panas, misalnya tikus mole telanjang (tanpa bulu) yang hidup di saluran pipa bersuhu 30C, tidak perlu untuk menghangatkan tubuh mereka dari dalam.

Meskipun begitu, Boyles terus melakukan penelitian di tempat-tempat yang suhunya lebih rendah lagi.
"Dalam 10 hingga 15 tahun ke depan," katanya, "Saya menargetkan untuk menemukan lebih banyak lagi spesies mamalia 'berdarah dingin'." (BBC/Terbeken)

Anda bisa juga membaca artikel ini dalam bahasa Inggris berjudul Time to bust a myth: not-all mammals are warm-blooded